Showing posts with label Pendidikan. Show all posts
Showing posts with label Pendidikan. Show all posts

Perjalanan Purdi E. Chandra dari Kesuksesan hingga Kegagalan


Profil Purdi E. Chandra pendiri bimbingan belajar Primagama

Ketika bisnisnya berjalan, Purdi tercatat sebagai mahasiswa dari dua universitas yang berbeda. Dia adalah sosok yang cerdas, hingga berhasil masuk di empat fakultas berbeda. Ia yang kala itu masih aktif kuliah, akhirnya memilih berhenti. Alasanya? dia tidak menemukan apa- apa dari pendidikan yang monoton. Dia merasa bisnisnya lebih berarti. Dengan beberapa teman, Purdi kala itu membangun sebuah bimbel dengan biaya 50 ribu per- anak.

Sosok yang lahir di Lampung, 9 September 1959, dikenal dengan bisnis resminya yaitu Primagama. Dimulai 10 Meret 1982, Primagama didirikan olehnya dan teman- temannya. Lembaga yang sebelumnya bernama Lembaga Bimbingan Tes Primagama, yang kemudian menjadi bimbingan belajar. Primagama berhasil masuk rekor MURI sebagai bimbel dengan 181 cabang di 96 kota dengan 100 ribu siswa tiap tahun.

Ibunya, Siti Wasingah, dan ayahnya, Mujiyono, merestuinya untuk pergi merantau dengan modal nekat. Ya, Purdi yakin dengan merantau akan membantunya belajar. Ia mulai sedikit demi sedikit berubah dan menjadi tahan banting. Dia menjelma menjadi entrepreneur yang tangguh. Bukan suatu kebetulan, Purdi berubah menjadi seorang yang berani mengambil resiko hingga drop- out. Dia melihat antusias para siswa yang ingin masuk UGM, dari situlah Primagam fokus dengan test masuk. Konsep tersebut berubah sejalan waktu dan akhirnya berubah manjadi sebuah waralaba.

Ia hanya bermodal penjualan motor sebesar 300.000. Saat itu, Primagama hanya memiliki dua orang murid, itupun tetangga. Biaya les hanya dipatok 50 ribu dua bulan. Jika tidak ada les di Primagama, maka uangnya akan dikembalikan. Dari sinilah, konsep awal bagaimana Primagama begitu lari- manis. Di tahun 2013, PT. Primagama Bimbingan Belajar menyatakan Purdi pailit atas nama pribadi. Maksudnya? Primagama masih berjalan di bawah perusahaan tersebut. Saat ini, PT. Primagama memiliki kontrak waralaba untuk 225 kabupaten/kota.

Bagaimana dengan Purdi? Purdi E. Chandra memiliki masalah dengan PT. Bank BNI Syariah. Ia dijatuhi pailit setalah gagal di hukum. Dia memiliki tanggungan hutang dengan Bank BNI Syariah. Apa yang bisa kita pelajari? Ia memang benar, modal nekat bisa menjadi kekuatan tersendiri tetapi menjauhi masalah pribadi lebih baik. Kita tidak perlu berhutang jika tidak sanggup mengembalikan. Hutanglah dangan bijak dan untuk bisnis kita; bukan konsumsi.

Passion Pendidikan Membawa Untung bagi Pierre Sanjaya


Profil Pierre Sanjaya CEO Stella Maris, sekolah internation pencetak murid berprestasi

Bisnis pendidikan menjadi salah satu usaha yang menjanjikan. Salah satu entrepreneur yang berhasil melalui bisnis tersebut, Pierre Sanjaya, seorang entreprenuer pendidikan membangun Stella Maris sekolah bertaraf international. Apa itu Stella Maris? Stella Maris merupakan sekolah pendidikan yang mengelola TK (taman kanak- kanak) hingga sekolah menengah atas (SMA). Sekarang, Stella Maris telah memiliki dua sekolah sendiri hingga dua sekolah untuk waralaba. Di tahun 2010 saja, sekolah yang didirikan Pierre berhasil menghasilkan omset hingga Rp.100 miliar.

Stella Maris bukanlah milik Pierre seutuhnya. Sekolah tersebut mulanya merupakan hasil pemikiran ibunya. Sebelumnya, sekolah tersebut didirikan dengan nama Stella, hingga Pierre kemudian mengambil alih posisi direktur. Pierre yang tau akan konsep sekolah modern memilih mengembangkan sekolah menjadi waralaba. Hasilnya, Pierre berhasil memiliki waralaba yang kuat dengan nama Stella Marris.

Pierre yakin dengan pendidikan sebagai sebuah urgency. Orang tuanya mendidik Pierre kecil dengan prinsip mementingkan pendidikan. Hingga menjadi entrepreneur, ia justru memilih meneruskan usaha pendidikan ibunya bukan membuka usaha baru di bidang non- pendidikan. Usaha lain yang dikembangkannya juga termasuk sekolah karakter tetapi masih dalam lingkup pendidikan. Dia memilih nama lain untuk ini, karena sekolah tersebut merupakan manifestasi idenya sendiri. Ia memberi nama Asia One Consulting dan Success Academy Indonesia, keduanya fokus di pendidikan karakter, karier, hingga konsultasi. 

"Sekolah yang datang untuk konsultasi cukup banyak. Dari 2010 hingga sekarang, sudah ada 20 sekolah," terangnya mengenai bisnis konsultasi.

Pria kelahiran Jakarta, 1 September 1979, mengaku tau betul bagaimana ibunya mencoba memberikan sekolah yang baik melalui Stella Maris. Ibunya membangun sekolah tersebut untuk anak- anak yatim. Pierre menjelaskan, ia juga ikut membantu ibunya dengan promosi sekolah. Membagi brosur merupakan pekerjaanya ketika masih sekolah menengah. Setalah lulus Bina Nusantara, Pierre yang mengambil jurusan akuntansi, ikut terjuna di usaha ibunya mengurus Stella Maris. Hingga 2007, ia memilih jalan lain sebagai programmer, hingga kembali untuk menjalankan Stella Maris setelah rampung  S2 di Pelita Harapan.

Tahun 2004, sekolah Stella menggunakan sertifikat ISO 90001:2000. Ia melakukan studi banding hingga Singapura dan Australia. Pierre kemudian menggunakan sistem International Baccalaureate (IB) serta kurikulum Cambridge yang menitikberatkan kemampuan akademik. Sekolah Stella sudah memiliki sekitar 2.500 siswa. Pierre yang sukses dengan sekolahnya mulai melakukan ekspansi. Tetapi, tidak semudah yang dibayangkan untuk menghimpun modal adalah sesuatu yang lain. Beberapa bank menolak proposal Pierre berkali- kali. Hingga akhirnya, sebuah bank swasta akhirnya setuju untuk memberikan modal

Selain bisnis pendidikan, sekarang, Pierre Sanjaya memilki bisnis lain. Dia memiliki bisnis leasing sepeda motor besar dan penjualan Villa di Bali. Mungkin, Pierre telah yakin dengan bisnis pendidikannya, hingga dia ingin menyiptakan usaha baru untuk membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas.

Entrepreneur Pendidikan dengan TK Alifa Kids; sebuah Pelajaran Formal dan Sikap


Sukses Rahmi Salviviani memulai usahan waralabanya

Sejak 2008, Vivi sudah tau benar begaimana bisnis pendidikan bekerja. Dia, entrepreneur wanita yang memiliki visinya tersendiri. Awalnya, Rahmi Salviviani (30) hanya memilih mengerjakan merek waralaba lokal. Dia berhasil dengan caranya sendiri hingga memiliki dua sekolahan waralaba. Tetapi, visinya mendorong Vivi untuk berbuat lebih. 

Vivi memilih membuat merek waralabanya sendiri. Berbekal niat baik, dia ingin membantu kehidupan keluarganya tanpa mengacuhkan sang anak. Dia kemudian membangun merek Alifa Kids. Bisnisnya berhasil, 350 siswa telah terdaftar di sekolah yang telah ia bangun.

Vivi mengaku ingin  sekali produktif dengan tetap membangun hubungan antara ibu dan anak. Melalui Alifa Kids, Vivi bisa menjaga anaknya dalam pengamatan sambil menjalankan bisnisnya. Dia mengaku bermaksud membantu orang tua lainnya berkerja, dan tetap mampu memperhatikan anak mereka. Alifa Kids bekerja membantu pengembangan potensi anak serta orang tua. Ia yakin bahwa anak usia dini merupakan jalan termudah pembentukan karakter. Dia yakin malalui Alifa Kids, mereka bisa membangun bukan hanya IQ tetapi kemampuan lain. Vivis sendiri secara pribadi yakin 80% nilai manusia terletak di prilakunya.

Alifa Kids memungut biaya bulanan sekitar Rp.375.000 salama separuh hari, sedangkan sehari penuh biayanya Rp.800.000. Alifa Kids juga memungut biaya tahunan Rp4- 5 juta. Bagaimana dengan SDM? Alifa Kids memiliki menejemen tersendiri untuk menangani hal tersebut. Mereka fokus melatih para gurunya agar mengerti visi sekolah. Pasalnya, bisnis pendidikan merupakan bisnis berbasis manusia jadi setiap manusia memiliki sudut pandang berbeda. Mereka harus mampu memberikan pengajar dan palajaran yang baik, tetapi menjunjung visi Alifa Kids.

Vivi mengatakan bukan hanya masalah akademis yang menjadi sorotan. Bisnisnya fokus juga untuk aspek spiritual dan emosional. "Pembentukan spiritual dan emosional harus dimulai sejak dini," ucapnya. Sukses dengan bisnis TK, Vivi sekerang mulai fokus visi entrepreneurnya. Dia menginginkan bisnisnya mampu memasuki pasar Sekolah Dasar. Ia berencana mendirikan sekolah baru di Pekanbaru. Sedangkan untuk Alifa Kids, dirinya berharap bisnis tersebut akan merambah ke seluruh Indonesia.

Seorang entrepreneur bukan hanya soal membangun bisnis. Rahmi Selvivina memberikan aspek lain, ia mengaku melalui bisnis pendidikan akan memberikan perubahaan. Ya, dengan pendidikan akan membantu membentuk masyarakat yang cerdas secara intelektual, spiritual, dan emosinya. Vivi tidak tergesa untuk berekspansi. Dia memang ingin bisnisnya mencangkup seluruh Indonesia dan membantu masyarakat. Tetapi, bagi entrepreneur niat baik juga tidak cukup butuh kehati- hatian.

"Godaan untuk masuk ke sektor usaha lainnya sering menjadi racun bagi sebagian besar entrepreneur terutama pemula," ucapnya mengenai ekspansi. Sebuah bisnis tak jarang menemui kehancuran di tengah jalan karena kurangnya kekuatan. "Makanya, bisnis itu tidak serba instan, semua butuh waktu."

Sejak 2002, Vivi juga masuk pengurus komunitas pengusaha baru di Pekanbaru. Ia seringa mengadakan mentoring untuk entrepreneur muda. Harapannya cuma satu, dia ingin berbagi pengalaman dan kesuksesan dengan para entrepreneur muda. Komunitas yang ia urusi juga memberikan pengalaman baru baginya dan para entrepreneur muda. Mereka sering mengundang pembicara dari luar kota.

Sukses Usaha Pendidikan SSC, Berawal dari Pengalaman



Sony Sugema sukses usaha bimbel sukses dengan metode mengajar SSC

Bisnis pendidikan bak rumput ditepi sungai, mereka mencoba mencari celah untuk menjadi entrepreneur dan pebisnis pendidikan. Beberapa, mereka memilih berbondong- bondong dengan modal "nekat" maju hingga gagal. Tak jarang mereka harus menerima kenyataan pahit bahwa bisnisnya mengalami stuck (berhenti.red). Ya, pamain di bisnis pendidikan mulai menjamur seperti halnya bisnis makanan. Mereka para entrepreneur mencoba memberikan pelayanan pendidikan terbaik.

Sony Sugema merupakan contoh pebisnis ulung di bidang pendidikan. Pria lulusan SMA Negeri Bandung, memulai semuanya hanya dari les privat. Dia memberikan les untuk setiap teman- temanya denga biaya Rp. 5000. Dan, uang tersebut merupakan bekalnya mengetahui seluk beluk mendidik. Setelah lulus kuliah di ITB, Sony memilih untuk melanjutkan apa yang telah dimulai bukan mencari pekerjaan. Pada tahun 1990, Sony secara resmi membuka lembaga pendidikan pertamanya. Dengan Rp.1,5 juta, Sony hanya menyewa sebuah ruangan belajar serta membayar mentor untuk mengajar. 

Pada awalnya, bisnis Sony tidak berjalan baik seperti halnya bisnis lain. Tetapi, ia memilih untuk tetap fokus berbisnis dan memberikan bimbingan insentif ujian masuk perguruan tinggi. Dia berbekal pengalaman masuk ke ITB, jurusan mesin, Sony memberika solusi yang nyata tanpa memberikan harapan. Sony sadar betul perlu sebuah metode khusus untuk membantu siswa. Ia menganggap setiap siswa memiliki kesulitannya masing masing.

Sony mengembangkan metode fastest solution dan learning is fun. Dia menciptakan SSC, sebuah lembaga pendidikan yang terjamin kualitasnya. SSC mencoba tampil terdepan sebagai binis pendidikan sebagai permulaan. Mereka menggunakan metode untuk membantu siswa menyelesaikan soal dengan mudah dan bersemangat. Keberhasilan SSC terbukti dengan suksesnya pera siswa di pendidikannya. Dari mulut ke mulut, SSC berubah menjadi lambaga yang dipercaya, handal, dan profesional.

Akhir tahun 1991, Sony bertekat mengembangkan bisnis melalui cabang di Jakarta. Moment tersebutlah yang merubah SSC sepenuhnya. SSC berhasil menunjukan bahwa mereka entrepreneur sejati melalui metodenya. Mereka berhasil memasuki Jakarta, SSC semakin diperhitungkan untuk masuk ke wilayah lain. Tak ayal, dua puluh tahu berlalu, Sony Sugema dan SSC berhasil membangun empat perusahaan dibidang pendidikan

Apa yang kita pelajari? ekspansi bukanlah hal yang tabu, selama hal tersebut membantu orang banyak. Coba bayangkan berapa masyarakat terbantu dan mendapat pekerjaan. Tetapi perlu diingat, bisnis pendidikan memiliki resiko tersendiri jika entrepreneur tidak membangun metodenya. Entrepreneur harus juga berani bertanggung jawab atas gagalnya murid bukan soal omset puluhan juta rupiah.

Ide Bisnis dari Si Kecil Berbuah Manis

Kisah sukses waralaba TK Islam Ismi oleh Senita Jaya

Berawal dari diri susahnya mencari sekolah untuk si kecil. Dia merasakan betul susahnya masuk TK saat itu. Alasannya simple, anak Senita terlalu kecil untuk memulai TK. Tidak mau terus kecewa, ia memilih memulai sekolahnya sendiri. Senita membuka bisnis pendidikan pertamanya.

Hampir lelah mencari sekolah untuk anaknya kesana kemari. Senita justru menemukan jalannya dari sebuah brosur di pintu angkot yang ditumpanginya. Sebuah brosur tentang TK Islami, dan ketika dia mendatangi tempat tersebut; itu tidak lebih dari sebuah halaman yang disulap menjadi taman kanak- kanak. TK Islami tersebut dibangun di pekarangan sebuah rumah sebagai bisnis rumahan. Maski kurang fasilitas, sekolah tersebut menyampaikan program yang baik dan Sanita bisa menerima anaknya di sana.

Ini seperti kilatan, Senita tau betul bagaimana sebuah pendidikan informal butuh biaya besar. Ternyata, dia menemukan pendidikan bisa menjadi usaha yang menjanjikan. Dia harus memulai bisnis tersebut, itung- itung membantu orang tua dan anaknya yang dibawah umur. Sejak 2005, dia mulai mecicil modal usaha untuk membangun taman bermain. Dia selalu menyisikan uang yang diberikan suaminya sebagai belanja. Lambat laun sebuah sekolah mulai tercipta dengan biayanya sendiri walau baru kursi, meja, dan mainan anak- anak.

Meski kedua orang tuanya melihat bisnis ini tidak akan berjalan. Dia tetap meneruskan dengan bermodal halaman depan rumah orang tuanya. "Tak selalu diterima, brosur saya seringa ditolak mentah- mentah. Walau begitu saya tetap semangat," ingatnya di awal bisnis. Lambat laun, persepsi positif tumbuh dan jumlah murid Senita mencapai 185 murid untuk sekolah yang ia dirikan. Dia mengakui untuk semuanya butuh uang dan kerja keras. Dia mengaku awalnya biaya masuk  untuk belajar hanya sebesar Rp.600- 800 ribu bagi murid Play Group dan TK dengan SPP Rp.75.000.

Saat ini, Sanita menerapkan biaya yang lebih tinggi dengan uang masuk Rp.2,4 juta untuk TK, dan untuk PG sebesar Rp.2,2 juta. Sedangkan SPP, TK dikenakan biaya Rp.200 ribu dan PG sebesar $175 ribu. Apa tidak terlalu mahal? tentu tidak, Sanita harus benar- benar memilih guru yang tepat serta program yang mumpuni. Dia dibantu oleh 23 guru yang sebelumnya hanya sendiri mengembangkan bisnisnya ke level lebih tinggi. Bagaimana dengan tempat? Sanita tetap mempertahankan rumah orang tuanya dengan fasilitas yang lebih baik. Lainnya, dia sudah memiliki beberapa cabang resmi di beberapa kota. 

"Saya sempat usaha jagung manis, tetapi tidak saya lanjutkan. Saya memilih lebih fokus untuk bisnis PG dan TK. Ini juga saya merencanakan sekolah alam. Mereka akan bermain dan berlajar dengan alam."

Sebelum jagung manis, Senita mengaku ada usaha lain tetapi gagal. Dia pernah menjual obat herbal hingga kerudung. Sejak kuliah di Fakultas Pertanian Unmul, dia hobi untuk membuat pakain islami. Dia mengaku semuaya terjadi tiba- tiba kerena di memang menginginkan sekolah bagi anaknya. Senita Jaya mengaku sekolahnya mengantongi omset puluhan juta perbulan.

Bisnis memang seharusnya berawal dari apa yang kita pikirkan, inginkan, dan temukan.

Software Pembelajaran dari Seorang Anak yang Drop- Out Kuliah


Andrew Sutherland merubah game bahasa Inggris menjadi sebuah software laris

Andrew Sutherland memutuskan keluar dari sekolah membangun bisnisnya sendiri. Dia menjelma menjadi seorang menejer pengembangan teknologi Quizlet.com. Perusahaan online yang ia ciptakan dari kamarnya. Dia yang kala itu 15 tahun, merupakan masih murid baru Massachusetts Institute of Technology (MIT). Perusahaan yang membantu tidak hanya pelajar tetapi juga guru dan orang tua melalui education tools.

Apa itu Quizlet? Quizlet merupakan permainan kartu yang umumnya digunakan untuk belajar bahasa Inggris. Yang berbeda, Quizlet menawarkan sebuah game flash yang lebih sederhana, mudah, dan dapat digunakan siapa saja. Pengunjung situs Quizlet.com, akan menggunakan tools yang ada gratis melalui internet. Pengguna Quizlet, biasanya menggunakan tools untuk SAT Vocabulary, bahasa Inggris, atau pelajaran lain yang bersifat mengahafal.

Quizlet diperkembangannya tidak lagi membatasi hanya untuk bahasa Inggris sebagai sasaran tetapi beberapa bahasa terkenal lain seperti bahasa Prancis, Spanyol, Prancis, atau Jerman. Tools yang dikembangakan juga berkembang pesat diikuti tenaga profesional sebagai perusahaan internet. Aspek belajar bahasa bukan sekedar fokus lagi, tetapi aspek pengembangan teknologi pendidikan yang utama.

Lahirnya Quizlet  

Suzanna Becker seorang murid Albany Hing School mengatakan sebelum menggunakan Quizlet; dia akan sulit mengingat pelajaran bahasa Spanyol. Dia menggunakan flash card manual yang dibawahnya diselipkan bahasa Inggris. Dia sewaktu waktu bisa mencuri lihat apa arti dari tiap bahasa Spanyol karena tiba tiba lupa. Namun, itu membuatnya merasa menipu dirinya sendiri seperti menggunakan sebuah contekan kecil. Dengan Quizlet, Suzanna tidak bisa mencuri tahu bagaimana belajar bahasa Spanyol karena ini merupakan kartu digital.

"Jika anda mehabiskan semua waktu yang anda dimasukan ke dalam game komputer menuju pemrograman, Anda akan membuat sesuatu," Howard mengatakan tentang anaknya Andrew.

Andrew, 15 tahun, hanya seorang pelajar biasa yang gemar bermain komputer. Howard Sutherland, ayah Andrew melihat anaknya mulai kecanduan game online. Dia kemudian menyarankan anaknya belajar bahasa pemrograman bahkan membuat gamenya sendiri.

Ia mulai belajar bahasa pemrograman hingga membuat website sendiri. Dia belajar komputer dari membaca buku HTML dari ayahnya. Dia juga mengikuti forum tentang membuat web design. Di sekolah menengah atas, dia menciptakan sebuah bisnis di bidang web design untuk orang tua temannya. Dia juga menciptakan beberapa aplikasi untuk wordpress.

Suatu saat, Andrew  menemukan passionnya di dunia pendidikan berkat ucapan ayahnya ; dia menemukan Quizlet. Dia yang memang sudah belajar bahasa pemrograman mulai banting stir membuat software belajar. Quizlet diciptakan dari kesalahannya belajar bahasa Perancis melalui permainan kartu. Andrew mengatakan kartu- kartu  tersebut sangat menarik tetapi butuh sesuatu untuk mengembangan efektifitasnya. Dia kemudian menciptakan Quizlet dari ide tersebut, dia mencipatakan tools digital untuk membuat game tersebut menjadi game digital. Ini akan mengurangi resiko mencontek.

"Permainan kartu sangat mudah ketika kita belajar bahasa, saya tahu apa artinya, tetapi seketika hilang dan semua sia- sia karena mengintip artinya" ucapnya mengenai bagaimana dia memulai. Melalui Quizlet, Andrew mengaku hal semacam "mengintip" tidak akan terjadi lagi.

Andrew Sutherland langsung memprogram software tersebut seketika dan menjadi awal Quizlet. Di hari berikutnya, dia membagikan ciptaannya kepada semua temannya dan mendapatkan banyak dukungan. "Kita semua bergabung untuk Quizlet, mengunduh kata- kata kami sendiri dan belajar sendiri. Itu membuat belajar vocabulary dari sendiri menjadi grup," ucap Brian Aller, teman sekelas Andrew mengingat lahirnya Quizlet.

Teman yang lain menjelaskan jika terjadi error semua akan saling membantu. Mereka membetulkan bersama kesalahan yang ada dan mengembangkannya. Kemudian, Andrew akan mengerjakan Quzilet setelah pulang sekolah. Dia memastikan softwarenya bekerja. Dia resmi meluncurkan Quizlet.com di Januari 2007. Situs tersebut menggunakan sistem open register atau orang bisa tidak perlu menjadi member.

Menjadi terkenal melalui internet

Bukan hanya tetang Quizlet, Andrew terkenal karena memilih tidak melanjutkan kuliahnya. Dia yang lulus dari Albany High School di 2008, untuk balajar komputer science terjebak rutinitas Quizlet sendiri. Dia yang menjadi CEO dan founder Quizlet merubah kamarnya menjadi kantor. Dia membuat sebuah medan perang di kamarnya.

Quizlet tumbuh menjadi setangah juta pengunjung pertahun sebelum 2008- 2009 di saat sekolah dan menjadi 2 juta perbulan di saat kuliah. Ini benar- benar sukses besar untuk pengunjung yang begitu banyak. Mengadministrasi Quizlet dan menguruh publikasi melalui Skype dari kamar menjadi sulit. Dia memutuskan untuk tidak menjadi mahasiswa lalu melanjutkan start- up bisnisnya Quizlet.com.

Itu juga termasuk bagaiman kelasnya yang penuh dengan prektek. Dia harus fokus mengerjakan teori beserta praktek sekaligus. Seperti, bagaimana microchip bisa bekerja atau bagaimana komputer berkomunikasi. Itu benar- benar baik untuk pengetahuan tetapi tidak cocok bagi Quizlet nya yang tumbuh. Andrew Sutherland memutuskan keluar di semester awal 2011.

Bisnis Quizlet di dunia nyata

Quizlet memiliki tim tujuh orang, sebagian besar lebih tua dari Andrew Sutherland. Dia mengaku mereka respect kepadanya karena keinginan kuatnya di Quizlet. Salah satunya, Will Vincent direktur operasional Quizlet yang merupakan pria bergelar Master di bidang business administration. Dia yang berumur 30 tahun melihat Andrew 20 tahun sebagai orang yang membawa sukses Quizlet. Jika Quizlet tidak sukses, dia mungkin tidak akan menerima pekerjaan itu.

Sejalan dengan tumbuhnya bisnis, Andrew tetap fokus tentang students- for students- by students sebagai dasar. Fondasinya, dia mempekerjakan programing team dari Spanyol kelas. Mereka juga pelajar sehingga mengerti bagaimana pendidikan seharusnya.

"Jika saya melakukan research untuk market dan melihat apa yang ada disana, saya mungkin menemukan sesuatu yang lain yang mungkin akan berguna nanti," ucap Sutherland. "Tetapi karena saya tidak, saya membangun Quizlet dan Quizlet sekarang 20 kali lebih besar daripada segala sesuatu yang akan ada saat itu, dan sesuatu yang sekarang mungkin ada."

Di April 2011, Quizlet telah mencapai lebih dari 8,7 juta pengguna flash card dan lebih dari 2,8 juta orang mendaftar sebagai member.

Hamzah Izzulhaq (19 tahun): Bimbel dan Sofabed

Bagaimana Dari Sebuah Seminar dan Bisnis Bimbel Senilai 730 juta

Kali ini sedikit berbeda, kita akan membahas seorang pemuda asli Indonesia bernama Hamzah Izzulhaq, pemuda kelahiran 26 April 1993. Hamzah, kita sebut namanya begitu, dia termasuk dalam entrepreneur muda yang menarik perhatian kami karena sikapnya yang easy going. Dan kisahnya yang sudah dikenal di penjuru Indonesia melalui acara televisi.

Anda akan mudah mengenal Hamzah dan kami yakin itu. Dengan gaya bicaranya yang lugas dan mudah akrab; Hamzah mampu meyakinkan kami sebagai seorang pengambil resiko dan mampu bekerja sama. Ya, Hamzah adalah seseorang yang benar benar berani mengambil kegagalan diawal. Dengan kemampunya ini, Hamzah berhasil mebuka 44 cabang bimbel dan sebuah bisnis sofabed di Tangerang.

Dimulai dari tahun 2004, sebuah seminar membuka mata Hamzah mengenai bagaimana sebuh bisnis bimbel seharusnya bekerja dan arti dari sebuah panggilan. Hamzah termasuk tipe orang yang berani mencoba tanpa harus ada embel embel passion tetapi dia benar benar selalau merasa "apa yang dilakukanya adalah passionya". Dari seminar ini dia benar benar menginginkan bimbelnya sendiri. Tak ayal, dangan pasti dia meminjam uang 70 juta dari ayahnya tanpa ragu untuk sebuah bisnis. Dengan berani, Hamzah meyakinkan ayah dan ibunya ini benar merupakan jalan kesuksesannya. Hamzah langsung menghubungi pembicara seminar untuk lebih lanjuta. Dan, ia menerima bimbelnya sejak hari itu hingga sekarang menjadi 44 cabang.

Hamzah mengambil alih system dan semua pengajar. Ini tantangan tersendiri, berbeda dengan memulai dari nol. Jika ia benar benar tidak belajar sudah dipastikan bimbel ini akan rutuh tetapi jika berhasil akan terlihat hasilnya dengan capat.  Ia diibaratkan seperti pembelian sebuah perusahaan yang masih berjalan bukan sebaliknya. Hamzah tau ini karena dia mempelajarinya bahwa ia harus tahu bagaimana menjaga kualitas. Dengan kemampuan menganalisanya dan tanpa rasa takut akan kerugian. Hamzah berhasil mengembangkan usaha bimbel hingga 44 cabang. Barapa yang dia dapat? 730 juta pertahun, sebuah nilai yang sangat tinggi untuk pemuda 19 tahun.

Tidak puas dengan hanya bimbel, Hamzah merambah dunai sofabed dari mengambil alih usaha orang lain. Sebuah cara yang hampir sama dengan bimbelnya. Tetapi, hal tersebut menjadi sedikit berbeda dengan "dia mengambil alih sebuah kegagalan". Dengan pengalamannya mengelola bimbel, ia memiliki kepercayaan tinggi untuk mengelolai usaha barunya. Tak ayal, dar bisnis sofabed berkembang dengan baik walau cukup tersendat. Kami hanya bisa bilang "wow" untuk Hamzah. Ini merupakan cara yang sama yang dilakukan oleh banyak entrepreneur di seluruh dunia; ambil alih, perbaiki dan kembangkan sebuah metode kuno.