Sukses Usaha Pendidikan SSC, Berawal dari Pengalaman



Sony Sugema sukses usaha bimbel sukses dengan metode mengajar SSC

Bisnis pendidikan bak rumput ditepi sungai, mereka mencoba mencari celah untuk menjadi entrepreneur dan pebisnis pendidikan. Beberapa, mereka memilih berbondong- bondong dengan modal "nekat" maju hingga gagal. Tak jarang mereka harus menerima kenyataan pahit bahwa bisnisnya mengalami stuck (berhenti.red). Ya, pamain di bisnis pendidikan mulai menjamur seperti halnya bisnis makanan. Mereka para entrepreneur mencoba memberikan pelayanan pendidikan terbaik.

Sony Sugema merupakan contoh pebisnis ulung di bidang pendidikan. Pria lulusan SMA Negeri Bandung, memulai semuanya hanya dari les privat. Dia memberikan les untuk setiap teman- temanya denga biaya Rp. 5000. Dan, uang tersebut merupakan bekalnya mengetahui seluk beluk mendidik. Setelah lulus kuliah di ITB, Sony memilih untuk melanjutkan apa yang telah dimulai bukan mencari pekerjaan. Pada tahun 1990, Sony secara resmi membuka lembaga pendidikan pertamanya. Dengan Rp.1,5 juta, Sony hanya menyewa sebuah ruangan belajar serta membayar mentor untuk mengajar. 

Pada awalnya, bisnis Sony tidak berjalan baik seperti halnya bisnis lain. Tetapi, ia memilih untuk tetap fokus berbisnis dan memberikan bimbingan insentif ujian masuk perguruan tinggi. Dia berbekal pengalaman masuk ke ITB, jurusan mesin, Sony memberika solusi yang nyata tanpa memberikan harapan. Sony sadar betul perlu sebuah metode khusus untuk membantu siswa. Ia menganggap setiap siswa memiliki kesulitannya masing masing.

Sony mengembangkan metode fastest solution dan learning is fun. Dia menciptakan SSC, sebuah lembaga pendidikan yang terjamin kualitasnya. SSC mencoba tampil terdepan sebagai binis pendidikan sebagai permulaan. Mereka menggunakan metode untuk membantu siswa menyelesaikan soal dengan mudah dan bersemangat. Keberhasilan SSC terbukti dengan suksesnya pera siswa di pendidikannya. Dari mulut ke mulut, SSC berubah menjadi lambaga yang dipercaya, handal, dan profesional.

Akhir tahun 1991, Sony bertekat mengembangkan bisnis melalui cabang di Jakarta. Moment tersebutlah yang merubah SSC sepenuhnya. SSC berhasil menunjukan bahwa mereka entrepreneur sejati melalui metodenya. Mereka berhasil memasuki Jakarta, SSC semakin diperhitungkan untuk masuk ke wilayah lain. Tak ayal, dua puluh tahu berlalu, Sony Sugema dan SSC berhasil membangun empat perusahaan dibidang pendidikan

Apa yang kita pelajari? ekspansi bukanlah hal yang tabu, selama hal tersebut membantu orang banyak. Coba bayangkan berapa masyarakat terbantu dan mendapat pekerjaan. Tetapi perlu diingat, bisnis pendidikan memiliki resiko tersendiri jika entrepreneur tidak membangun metodenya. Entrepreneur harus juga berani bertanggung jawab atas gagalnya murid bukan soal omset puluhan juta rupiah.

0 comments:

Post a Comment