Showing posts with label Hotel. Show all posts
Showing posts with label Hotel. Show all posts

Bisnis Ustad. Yusuf Mansyur, dari Bisnis Pribadi hingga Dicatut Orang


Profil Ust. Yusuf Mansyur bagaimana memulai yang baik tak selalu bertemu baik

Yusuf Mansyur lahir di Jakarta, 19 Desember 1976, merupakan seorang penceramah, motivator, sekaligus pebisnis asli. Ia lahir dari keluarga Betawi pasangan Abdurrahman Mimbar dan Humrifíah. Yusuf Mansyur lahir di keluarga yang berada sehingga cenderung dimanja. Pria yang merupakan lulusan terbaik Madrasah Aliyah N 1 Grogol, pada tahun 1992, memilih keluar dari kuliah di tengah jalan hanya untuk menyalurkan hobi motor.

Di tahun 1996, dia kemudian terjun ke dunia bisnis informatika, sejalan jurusanya ketika kuliah dulu. Sayang, bisnisnya gagal hingga terlilit hutang dan masuk penjara selama 2 tahun. Dari sinilah, dia mulai mendalami islam serta memiliki keinginan kuat untuk berubah. Yusuf yang sebelumnya menghamburkan uang menemukan keajaiban dari sebuah sedekah. Hidupnya menemukan  sebuah titik terang ketika bertemu seorang Polisi. Dia kemudian diperkenalan dengan sebuah LSM sebagai pekerja melayani masyarakat. Dia menulis sebuah buku berjudul "Wisata Hati Mencari Tuhan yang Hilang" selama berkeja di LSM.

Tak dinyana, dari buku tersebut, Yusuf menjadi terkenal hingga diundang untuk bedah buku. Buka yang berisi perjalanannya dari berbisnis hingga masuk bui. Buku yang memperkenalkannya dengan islam serta bisnis minuman es. Yusuf yang mencoba bangkit dengan berjualan es menemukan titik temu melalui sedekah. Dia berhasil memiliki sebuah kios, serta seorang pegawai. Mangambil sisi lain, Ustad. Yusuf Mansyur kemudian fokus mengajarkan bagaimana sukses usaha dari sedekah. Dia menjelma menjadi seorang ustad yang mengajarkan sedekah adalah jalan kesuksesan.

Selanjutnya, Ustad. Yusuf Mansyur mulai sibuk berdakwah hingga bertemu Yusuf Ibrahim seorang produser. Dia meyakinkan Ust. Yusuf melalui perusahaan PT. Virgo Ramayana Record untuk mengerjakan sebuah proyek kaset ceramah, Kun Fayakun. Kemudian bersama SinemaArt memulai perjalanannya di dunia layar kaca. Dia menggarap sebuah film di 2008 berjudul Kun Fayakun bersama Zaskia Mecha, Agus Kuncoro, dan Desy Ratnasari.

Memulai bisnis lagi hingga dicatut orang

Ustad. Yusuf Mansyur memiliki cita untuk membentuk rakyat Indonesia mandiri. Dia pun memikirkan sebuah ide bisnis. Dia menciptakan bisnis gaya baru; kemudia disebut Usaha Patungan. Dari sinilah, ia mencoba membantu umat muslim berbisni investasi. Dia mulai garakanya melalui akun resmi website hingga akun twitter pribadi. Hasilnya? uang satu setengah miliar telah terdistribusi sebagai usaha patungannya.

Di ambil dari tempo.co, usaha patungan tersebut ternyata bertemu tidak baik. Menurut pengamat pasar modal, Yanuar Rizki, bisnis investasi yang dilakukan Ust. Yusuf Mansyur adalah bisnis ilegal. Alasannya, bisnis apapun yang menyangkut pengumpulan dana untuk modal perlu sebuah ijin. Dia menambahkan jika belum berijin maka bisa disebut ilegal.

Seperti di akun Twitter, usaha tersebut murni patungan untuk investasi seperti orang berinvestasi rumah atau tanah. Yusuf menjanjikan dana yang terkumpul akan dijadikan bisnis seperti hotel di kawasan bandara Soekarno Hatta hingga apartement. Ia bejanji akan memeberikan deviden 8 persen dari untung sesudah cash back dalam waktu 10 tahun. Berikut bisnis yang ia idamkan dan rencanakan dikutip dari Tempo.co.

1. Hotel dan apartement

Dengan modal usaha patungan, Yusuf berhasil mengakusisi sebuah hotel serta apartemen dua menara Topas di kawasan Soekarno Hatta. Dia berencana melalui keduanya membuat khusus untuk haji. Dia kemudian merubah hotel tersebut menjadi Hotel Siti.

Dalam situs patungan usaha, Yusuf Manysur mengatakn harga keduanya Rp.150 miliar. Dia mengumpulkan dana setidaknya dari 15 ribu peserta untuk proyek tersebut. Yusuf berharap modal berasal dari majelis taklim yang sering datang ke ceramahnya.

2. Ladang minyak di Kazahkstan

Dia melalui temanya di Pertamina berharap dengan mengumpulkan dana dari masyarakat; mampu membeli ladang minyak. Dia berharap membeli ladang minyak di negara bekas Uni Soviet itu seharga 1 triliun rupiah.

3. Stasiun televisi

Yusuf kemudian juga bercerita bahwa masyarakat rindu akan setasiun televisi yang baik. Dia berharap dari usahanya mampu membeli dua televisi swasta yang kemungkinan dijual. "Nih ya, stasiun televisi kesayangan saya sekarang tau kan? dan televisi saudaranya, alias dua tv, bakal dilego sama pemiliknya. Atas izin Allah, sekitar 10 triliun. Nah, itu kan industri strategis," ujarnya menerangkan bisnisnya.

4. Bank Muamalat

Yusuf mengidamkan sebuah bank sayriah dan itu adalah bank Muamalat. Alasanya, dia ingin agar saham mayoritas jatuh ke tangan Indonesia. Bank Muamalat yang kepemilikan sahamnya 50 persen dikuasai asing. Sebanyak 32,7 persen saham dikuasai Islamic Development Bank, sedangkan 19 persen dan 17 persen lainnya dipegang oleh Atwill Holdings Limited dan National Bank of Kuwait.

Beberapa waktu terkahir, OJK sebagai wewenang menangani jasa keuangan, memperingatkan Yusuf Mansyur tentang usahanya. Dia disebut belum mengantongi izin untuk menghimpun dana dari masyarakat dengan nilai yang begitu banyak. Dia diminta mengikuti aturan yang ada seperti membuat perusahaan, koperasi atau jasa keuangan. Ini dikhawatirkan tidak adanya payung hukum jika terjadi sesuatu dengan dana serta proses pengembalian dana. 

Jauh sebelum bisnis realnya Patunganbisnis.com telah banyak orang menggunakan namanya untuk usaha. Beberapa orang, melalui situs tidak resmi, menjual jamu hingga buku bergambar Ust. Yusuf Mansyur. Mereka membuat masyarakat tertipu sehingga membeli produknya, bahkan mencoba mengambil untung dari kasusnya. Ada juga yang menggunakan namanya untuk sekedar menipu. Mereka menawarkan program penghimpun dana tetapi palsu bukan milik Ust. Yusuf Manysur.

Kini Patunganusaha.com berhenti untuk sementara, mengikuti aturan pemerintahberubah bentuk menjadi badan hukum atau Non Public Listed Company. WARING: bagi anda yang ingin ikut bisnis Ust. Yusuf Manysur, jangan mengikuti situs lain selain patunganusaha.com; karena kemungkinan penipuan atau pencatutan. Jika perlu, anda bisa menghubungi akun twitter miliknya untuk bertanya.

Travel Guide Dunia Bercerita Tentang Perjalanan Karirnya



Kisah sukses Tedjo Iskandar dari seorang tiur guide hingga membukan kursus dunia

Tedjo Iskandar tidak sekedar menyukai pemusik dunia. Ia benar- benar rela mengeluarkan uang, tak ayal banyak sudah konser ia kunjungi. Pria lulusan UNDIP, Sospol, memang dari SMA sudah menyukai artis- artis manca negara. Ia bahkan memasang poster mereka di dinding. Bahkan, dia rela menonton jika ada konser di Palembang, seperti God Bless, Trencem, Aka, Rollies hingga Ken Arok.

"Kalau teman- teman saya naik pesawat, saya harus naik bus ke Lampung, menyebrang dengan kapal fery dari Panjang Lampung ke Merak," ujar pria kelahiran 12 Desember 1960.

Ia yang kuliah dengan biaya sendiri terpaksa bekerja freelance. Sabtu- Minggua, Tedjo harus menjaga turis transfer in- out hotel di Halim. Bahkan menjadi LO (liaison officer), ia harus mengunjungi toko barang antik Jl. Surabaya, Batik ke Kebayoran, Taman Mini, Monas dan tempat strategis lain. Dia mengumpulkan 10 dollar dan 10 dollar komisi. Ia juga berhasil masuk kapal pesiar Golden Odessy merapat di Tanjung Priuk.

Dari menjadi tour guide, ia merantau ke Jakarta dengan nyaman. Di tambah, dia juga mendapat kesempatan menonton artis luar. Mereka adalah artis yang hanya akan menggung di Jakarta, seperiti Rolling Stone. Thedjo juga mendapat keberuntungan dengan pengalamannya, ia ditunjuk oleh JAL, sebuah agen untuk mengatar turis ke Jepang. Dari Jepang, Thedjo tidak menonton konser tetapi cukup terhibur menonton premier John Travolta.

Pembawaan yang easy going ditambah fokus, humoris, dan santai menjadi faktor penting. Tedjo membawa nama baik tour dengan sifatnya. Lainnya, ia juga pekerja keras hingga berniat belajar bahasa Inggris dan Mandarin. Hampir setiap konser di dua negara, Singapura dan Malaysia, ia pernah ikuti dari bekerja sebagai tour guide. Konser seperti Michel Jackson, Spice Girls, Boyz II Men, bahkan dari Belanda, North Sea Jazz. Ia juga pernah ikut menonton Basket NBA dan mengunjungi Hard Rock Cafe. Ini seperti mimpi, dia bisa melihat banyak hal dari bekerja sebagai tour guide.

Tedjo Iskandar ingin membagi ilmunya. Ia mendirikan TTC (Tourist Training Center) sebagai bisnis baru, dan mencoba merubah para guide menjadi lebih baik. Tedjo akan memberikan pengalaman, training, dan tips bagaimana bekerja dari menjadi tour guide. Peserta di TTC merupakan mahasiswa jurusan periwisata, karyawan tour guide travel, dan kalangan umum. Ini juga termasuk praktek ke berbagai negara sebagai tujuan.

Di tahun 1994, ia memulai membuka pelatihan ke Singapura, Bangkok, bahkan Eropa dan Australia menjadi tujuan. Pesertanya? sekitar 50 orang ikut dalam pelatihan tersebut. TTC pun menjadi kepercayaan untuk mengadakan workshop, pelatihan, dan travel mart. Untuk travel mart, dia bekerja sama dengan 170 agen resmi negara tujuan. Ia mencoba menjalin kerja sama bisnis hingga memudahkan perjalanan di penjuru dunia.

Ide Bisnis Miliaran Dollar dari Hotel, Ekspo, serta Kasino


Profil Sheldon Adelson pemilik Las Vegas Sands Corporation

Sheldon Grey Adelson, lahir dari sebuah daerah miskin Dorchester Boston, Massachusetts,di tahun 1933. Cerita mengenai darinya, tidak lain hanya mengenai kerja keras sejak kecil. Dia lahir dari pasangan seorang supir taksi dan penjahit. Sheldon harus mulai bekerja dari kecil hingga di umurnya ke 12 tahun, ia membuka bisnis pertamanya. Bukan sebuah bisnis besar, ia hanya menjual peralatan toilet dengan untung yang kecil.

Di awal 1950, dia resmi menjadi mahasiswa City Collage of New York, jurusan finansial, dan tidak kurang dari dua tahun; Sheldon justru memutuskan drop- out. Dia tidak terbiasa untuk duduk tenang dan mendengarkan ocehan gurunya. Dia memilih menjadi tentara untuk negarantya US, dan kemudian bekerja sebagai stenographer di Wall Street setelah selesai dalam misinya. Dari sinil, Sheldon membangun bisnisnya segala sesuatu tentang investasi.

Dia, kala itu, hanya seorang broker atau investor "kecil". Usah pertamanya, di tahun 1960, Sheldon kembali ke Boston dari New York untuk mendirikan beberapa perusahaan. Salah satunya, sebuah perusahaan yang bekerja di bidang travel agency. The American International Service, perusahaan yang menguntungkan. Tetapi, American International gagal masuk bursa saham dan akhirnya tenggelam. Ia pun menjual perusahaanya untuk bisnis lain.

Awal 1970, Sheldon memiliki bisnis baru dibidang real estate, dengan menjual beberapa condominium serta majalah tentang jual- beli condo. Ini cukup berhasil hingga krisis ekonomi memaksa orang berpikir ulang untuk membeli sebuah condominium. Dari sebuah ekspo tentang properti, Sheldon melihat adanya peluang dari komputer seperti halnya menawarkan sebuah condominium. Dia menginginkan sebuah ekspo basar, dan mengaplikasikan semuanya hanya untuk komputer bukan real estate. Ia mendirikan sebuah ekspo pertama tentang komputer. Di 1973, Sheldon menjual sisa aset nya untuk membuat bisnis komputernya semakin besar. Dia mendirikan Interface Group, fokus pada bisnis komputer untuk memperbesar minat pasar.

 "Saya melihat setiap bisnis dan bertanya, berapa lama akan bertahan? berapa lama saya mempertahankan status quo dan merubahnya?" Sheldon Adelson.

Perusahaan tumbuh sangat lamban dengan $250.000 dari tahun pertama karena komputer yang berkembang lamban. Di tahun yang sama, Sheldon menemukan istri pertamanya, Sandra, dan memiliki tiga anak angkat. Satu tahun kemudian, dia harus bercerai dari istrinya. Di tahun 1979, Sheldon Adelson mendirikan Computer Dealer Expo or COMDEX, ini merupakan kesempatan besar ketika bisnis komputer tidak lagi dikuasai oleh IBM. Dia mengadakan pameran di MGM Grand Hotel, Las Vegas. Di waktu yang tepat, ketika itu, COMDEX mendatangkan beberapa merek ikut dalam ekspo nya, seperti IBM, Apple, dan Microsoft. Dari tahun 1987, COMDEX memberikan laba sebesar $.20 juta dan merupakan bisnis ekspo terbesar yang pernah diadakan dengan produk terbanyak. Di akhir dasawarsa, the Interface Group memberikan modal tambahan dengan $.250 juta, merubah COMDEX menjadi ekspo kelas dunia.

Tahun 1991, Sheldon bertemu istri keduanya, Miriam. Dari sebuah bulan madu, ia menemukan ide bisnis dari sebuah kanal. Dia sangat tertarik dengan arsitektur kanal di Venice, dan bermimpi untuk mebangun sebuah resort mewah. Di 1995, Sheldon menjual COMDEX kepada pengusaha asal Jepang sebesar $.860 juta, dan kempemilikan saham lebih dari $.500 juta. Bebas meminjam uang dalam jumlah besar dari bankir Wall Street, ia memutuskan mendirikan Venetian Resort Hotel Casino dan the Sand Expo and Convention Center senilai $1,5 miliar.

Keduanya kemudian dikenal dangan nama Las Vegas Sands Corporation. Perusahaan yang kemudian dikenal bergerak di bidang kasino dan resort di Paradise, Nevada. Resortnya menyuguhkan layanan kelas dunia dari permainan dan intertainment, ruang pertemuan dan ekspo, restoran selebriti dan klubnya. Mungkin karena background bisnisnya, Sheldon memulai bisnis Las Vegas Sands dengan fasilitas ruang pertemuan dan ekspo yang kemudian tidak bejalan baik. Berjalannya waktu dan pengalaman, bisnisnya berubah bentuk menjadi kasino dengan gaya berbeda, sesuai dengan prinsip bisnisnya.

Ia memilih fasilitas ruang hotel tidak terlalu mewah dibandingkan kasino. Dia benar- benar memamerkan kasino sebagai tempat yang utama dair Las Vegas Sands. Dari sini, pengunjung akan lebih menikmati berjudi di kasino daripada tidur di ruangan. Resortnya lebih besar dari keseluruahan kamar, hingga menampung 70.000- 100.000 orang. Ini juga sudah termasuk kasino dengan kasino seluas 550.000 hektar.

Las Vegas Sands terus melakukan ekspansi hingga ke Jepang, Korea, Thailand, Vietnam, dan Taiwan. Di US, Las Vegas Sands telah memiliki 2009 resort termasuk di Florida. Dari Eropa, Adelson behasil dengan deal untuk mebangun bisnis kasino di Madarid untuk EuroVegas. Itu semuanya menjadikan Las Vegas Sands memiliki aset enam kasino, dua puluh hotel, sebuah gedung pertemuan, tiga lapangan golf, beberapa pusat perbelanjaan, beberapa bar, dan restorant. Hasilnya? Las Vegas Sands Corp meberikan pendapatan keuntungan bersih US$.9 miliar.   

Bisnis maskapai penerbangan ala Tracinda hingga bisnis hotel MGM Grand


Profile Kirk Kerkorian CEO Tracinda bisnis bukan hanya soal modal nekat

Kirk Kerkorian lahir di Fresno, California, pada 6 Juni 1917. Dia ikut kedua orang tuanya untuk bepergian menjadi imigran hingga ke Armenians. Lahir dari pasangan Ahron dan Lily Kerkorian, Kirk sudah bekerja sedari kecil walau sebagai anak termuda, dan masalah ekonomi merupakan masalah keseharian. Kirk adalah pekerja keras terbukti memilih drop- out untuk bekerja. Ia melakukannya bahkan ketika masih duduk di bangku SMP. Hidupnya adalah jalanan, hidup dengan berkelahi untuk bertahan hidup.


"Jika anda adalah seorang pekerja berarti menyiapkan hidup lebih awal. Di kasusku, kala itu, saya masih sembilan tahun ketika harus bekerja dan harus membawa uang ke rumah setiap harinya," ia bercerita di sebuah sesi wawancara. Sebuah wawancara yang langka, ia bercerita bagaimana hidupnya yang susah, menjadi atlit, hingga bisnis.

Ayahnya, Ahron Kerkorian, seorang petani semangka dan kismis. Ia hanya tau bagaimana membesarkan buahnya bukan bisnisnya. Akibatnya, tahun 1921, Ahron harus rela melepaskan tanahnya di pegadaian. Krisis ekonomi membuat bank terpaksa mengambil tanah 1.000 acre nya. Ia harus menanggung kesulitan ekonomi hingga menjadi imigran merupakan solusi. Kirk kecil membantu keluarga dengan berjualan buah semangka hingga loper koran.  Ia berpindah dari satu kota, hingga negara lain.

Kehidupan jalanan membuatnya tau menganai kejamnya hidup tanpa kemampuan fisik. Di sisi lain, itu juga menumbuhkan mentalnya selain fisikinya. Dia berlatih tinju dengan kakaknya sebagai modal berjaga dan menghasilkan uang. Ia berlatih dengan kakanya, John, dan menjadi juara.  Dia memiliki rekor 33 menang dan 4 kalah, nama panggilannya "Rifle Right". Menjauh dari tinju, Krik mencari kesenangan lain. Dia tertarik dengan pesawat terbang. Hingga perang dunia ke 3, Kirk ikut serta mengalami pesawat yang dilihatnya bukanlah kesenangan.

Kembali ke Los Angles, Kirk memilih mengerjakan pesawat kecil dengan modal $5.000. Ia berharap bisa memberikan sedikit jasa penerbangan bukan peperangan. Bisnis tersebut mulia menyita perhatiannya. Bisnis pesawatnya tumbuh pesat, ia harus melayani penerbangan pribadi, Los Angles- Las Vegas. Kirk juga berjudi di kasino membuang uang dari kekalahan hingga kemenangan sepuluh ribu dollar. Dia menggunakan uangnya (hasil dari judi) untuk mengembangkan bisnis. Ia membeli sebuah perusahaan, Trans International Airlines (TIA), di 1947, sebuah perusahaan melayani pesawat sewaan dari Los Angles Air Service.

Dia bertemu dengan seorang penari di Las Vegas, Jean Maree Hardy, dan memiliki dua anak, Tracy dan Linda. Kedua anaknya merupakan nama untuk perusahaan holding Tracinda Corporation. Dari Tracinda, Kirk memulai bisnisnya sebagai entrepreneur hingga investor. Fokus mengurusi penerbangan, Kirk juga memilih bisnis lain dalam daftar investasinya.

Di tahun 1962, Kirk menjual TIA kepada the Automaker Studebaker sebesar satu juta dollar. Dari uang tersebut, ia membangun bisnis di Las Vegas dengan membeli 80 acre tanah. Di tahun 1965, dia membeli kembali TIA dan menawarkan saham untuk dijual melalui broker. Dia kemudian menyewakan tanahnya yang kemudian berubah menjadi Caesar's Place (nama hotel dan kasino besar) dan mengoleksi uang $4 juta, sebelum kemudian benar menjualnya untuk $5 juta lagi. Setelah saham TIA naik, dari $9,75 ke $32, ia pun menjual perusahaan tersebut lagi ke Transamerica Coporation, di tahun 1968, tetapi hasilnya bukan berupa uang. Kirk Kerkorian memilih dibayar melalui saham kepemilikan terhadapa Transamerica sebesar $85 juta.

Melalui waktu, Kirk berubah menjadi seorang entrepreneur hingga investor yang sukses. Dia merubah imaj urakan menjadi orang kelas atas. Bahkan, dia juga mulai mendekati bisnis intertainmen dengan studio film MGM. Meminjam uang $42 juta dari Bank Eropa, ia mencoba merebut MGM yang saat itu sahamnya naik hingga $650 juta. Hasilnya? di tahun 1973, Kirk membangun sebuah hotel dengan nama MGM Grand Hotel di Las Vegas.

Dia juga mendapatkan United Artist Studio dengan $380 juta sebagai bentuk investasi tetapi menjualnya ke pengusaha TV kabel, Ted Turner sebesar $1,5 miliar. Turner yang mendapat masalah keuangan di tahun 1980an, menjual kembali ke Kirk sebesar hanya $780 juta perusahaan United Artist Studio. Dia kemudian menjual kembali ke pengusaha Italia, Giancarlo Perretti sebesar $1,3 miliar di tahun 1990. Itu membuktikan benar bagaimana investasi dengan strategi.    

Bisnis Rajawali Group Bertahan dari Orde Baru hingga Reformasi


Profi Peter Sondakh memulai bisnis properti hingga tambang

Banyak entrepreneur indonesia memilih properti dan tambang sebagai landasan. Seperti Peter Sondakh, beralih dari properti yang saat krisis moneter mengalami kelesuan ke batu bara di era reformsi. Ini bukan tanpa perhitungan, Peter Sondakh melalui PT. Golden Eagle Energy nya berhasil  masuk industri bahan tambang. Ia menjadi orang terkaya nomor 8 versi Forbes, total kekayaanya sekitar Rp. 24, 7 triliun. Ia adalah CEO Rajawali Group, perusahaan yang berjaya dari masa orde baru dan reformasi.

Pada tahun 1954, ayahnya merupakan landasan dasar baginya masuk menjadi pebisnis besar. Ayahnya merupakan contoh dari seorang penjual minyak kelapa dan pengekspor kayu ulung. Peter yang berumur 22 tahun, kemudian mengambil alhi usahnya dan mendirikan PT. Rajawali Corporation. Melalui Rajawali Corporation, ia memulai bisnis properti sebagai perluasan usaha. Hasilnya? cukup untuk mulai masuk ke dunia korporasi besar. Berkat keahlian berkomunikasi dan pengalaman berbisnis; tahun 1984, Peter menggandeng Bambang Trihatmodjo untuk memperluas bisnis. Mereka bersama- sama membangun Grand Hyatt hingga stasiun televisi swasta pertama di Indonesia, RCTI.

Rajawali Group berhasil membangun bisnisnya melalui kepemilikan saham perusahaan- perusahaan besar dan bekerja sama dengan korporasi besar. PT. Rajawali memiliki kepemilikan saham PT. Semen Gresik, RCTI, dan PT. Bentoel. Yang menarik meski Bentoel mengalami kebuntuan, ia masih melihat rokok sangat menarik dan menguntungan. Akhirnya, Bentoel dapat survive sampa sekarang dengan baik. Selain itu, Peter melalui Rajawali getol melakukan jual beli perusahaan atau kepemilikan saham. Dia sering disebut sebagai investor dari pada pebisnis.

Melalui Rajawali, ia membangun kemitraan untuk mengembangakan Hyatt Hotel dan Novotel Sheraton menjadi jaringan hotel bintang lima. Pada tahun 2009, perusahaan mengakuisisi jaringan hotel berbintang lima lain di luar Indonesia. Ini peluang besar dengan Surfers Paradise Resort Hotel Pty. lmtd dari Australia. Perusahaan tersebut merupakan jaring hotel di Australia yang baru- baru ini membangun St. Regis Resort di Bali.

Peter merupakan sosok yang menarik dengan sepak terjangnya. Kita tidak pernah tau, bagaimana dia melihat suatu bisnis sepenuhnya. Apakah dia seorang penjual atau pembeli? terbukti, dari Rajawali Group, kita tidak hanya akan mendengar bisnis properti, pertambangan, atau perkebunan, tetapi bisnis lain yang memang memiliki masanya. Ia bahkan masuk wilayah pariwisata dantelevisi, walau akhirnya rela melepaskan RCTI. PT. Rajawali Corporation (RC) merupakan perusahaan holding bukan perusahaan jasa atau barang. Perusahaan yang condong di permodalan dan  melakukan investasi; dari air minum, perhotelan, ritel, farmasi, pariwisata hingga transportasi.

Rajawali memiliki caranya untuk selalu bertahan. Meski krismon, Peter mampu bertahan dengan serangkaian divestasi (melepas saham kepemilikan). Pada 2005, dia melepas saham atas Exelcomindo yang sebenarnya bagian dari Telekom Malaysia Group sebanyak 27,3%. Langkah selanjutnya, Rajawali melepas saham untuk 15, 97% atau senilai US$.438 juta untuk dana segar. Dana tersebut digunakan kembali untuk investasi 24, 9% di PT. Semen Gresik. Saham di PT. Semen Gresik membuat Rajawali semakin kokoh di tahun- tahun selanjutnya. Pemerintah yang terus menggenjot proyek pembangunan infrastrukur dan dari sanalah semua dimaksudkan; PT. Rajawali Group akan ikut ambil bagian dari kue keuntungan pembangunan.

Lainnya, tahun 2006, Rajawali sudah masuk ranah sawit bahkan sebelum melepas saham Exelcomindo. Ia melalui Rajawali, berhasil membeli saham PT. Jaya Mandiri Sukses Group dan memulai bisnis sawit kerika bagus bagusnya. Rajawali memiliki saham di perusahaan tersebut dan menikmati harga kelapa sawit yang kala itu masih tinggi. Masuk di pertambangan, Rajawali memilih group usaha PT. International Prima Coal di 2007. Satu tahun kemudian, Rajawali melompat dari Kalimantan ke Papua. Perusahaan Rajawali masuk ke PT. Tandan Sawit Papua. Rajawali membuka 26.300 hektar kebun kelapa sawit di tanah Papua.

Yang lebih heboh, Rajawali melepas saham PT. Bentoel yang dimilikinya dari awal usaha. Mungkin, Rajawali melihat ketatnya kompetisi. Perusahaan menjual saham senila nilai Rp.3,35 triliun kepada British American Tobacco (BAT). "Kami ingin memfokuskan pada bidang properti, pertambangan, dan perkebunan," ujar Darjoto Setyawan, Direktur Pengelola Pengembangan Bisnis Rajawali Group. Dengan ketiga pilar tersebut, Rajawali ingin kembali ke awal. Tatapi apakah benar? melihat gerakan Peter Sondakh yang cemerlang, kami ragu telur akan dibatasi. Tetap saja, telur tidak akan dibagi hanya beberapa keranjang. 

Cerita Djarum, sebuah Bisnis Kecil dri Kudus


Profil Robert Budi Hartono, pengusaha rokok yang cinta olah raga badminton

Lahir di Kudus, Semarang pada tanggal 18 April 1941, Robert Budi Hartono atau memiliki nama asli Oei Hwie Tjhong merupakan anak kedua dari pendiri perusahaan Djarum Oie Wie Gwan. Selain Djarum, bersama kakaknya, Michael Bambang Hartono, memiliki saham lima puluh persen untk Bank BCA. Selain itu, mereka juga memiliki 65.000 hektar perkebunan sawit di Kalimantan. 

Semuanya berawal dari Djarum, bisnis Robert dimulai dengan memegang PT. Djarum tapi dia bukanlah tipe orang yang mudah puas. Djarum hanya merupakan batu loncatan baginya untuk lebih lagi. PT. Djarum dimulai dari sebuah perusahaan ayahnya, dari usaha kecil bernama Djarum Gramaphon. Dia dan kakaknya mendapatkan perusahaan tersebut dengan keadaan pabrik yang baru saja terbakar dan tidak stabil keuangan. Namun, mereka yang menyulap semuanya hingga nama Djarum disematkan.

Djarum memiliki pangsa pasar luas hingga di Amerika. Di Indonesia sendiri, PT. Djarum diperkirakan memproduksi 48 milyar per- tahun atau 20% rokok di pasaran. Pertumbuhan seperti ini membuat perusahaan mudah melakukan ekspansi bisnis. Djarum yang sebelumnya fokus untuk rokok masuk ke bisnis keuangan BCA. Tepatnya tahun 2008, kedua bersaudara tersebut membeli saham BCA hingga 51 persen yang berarti saham mayoritas. PT. Bank Central Asia menurut Bank Indonesia memiliki aset sebesar 1,3 triliyun. Lainnya, Djarum masuk ke bisnis properti, Grand Indonesia sedangkan elektronik melalui merek Polytron.

Sektor lainnya, Group Djarum memilih dunia Internet dengan memulai bisnis online. Malalui Global Digital Prima Venture, Rebert dan kakakanya melalui Kaskus mencoba menjajaki kerja sama. Ada sedikit kontrofersi, apakah Kaskus dibeli Djarum, tetapi Ken Dean Lawadinata salaku CEO menolak sebutan akuisisi. Di pihak lain, founder Kaskus, Andrew Darwis mengaku hanya berbagi pertnership dengan keuntungan share knowledge dan funding. 

Robert Budi Hartono sangat menyukai olah raga terutama bulu tangkis. Ia memulai dari sekedar hobi hingga perkumpulan bulutangkis (PB) Djarum terbentuk 1969. Di lapangan melinting kretek, Robert menemukan talenta dari seorang Liem Swie King. Dia benar- benar mampu melihat sesuatu dari anak tersebut hingga dikenal sebagai "King Smash".