Showing posts with label Ikan. Show all posts
Showing posts with label Ikan. Show all posts

Dari Karyawan Menjadi Bos Rumah Abon



Kisah Johan Yuniarto membuka bisnis beromset Rp.25 juta

Seorang entrepreneur harus siap untuk memilih antara menjadi karyawan atau bisnis. Tak jarang, beberapa entrepreneur menemui kegagalan lebih banyak dari yang diharapkan. Ini tidak terjadi pada Johan Yuniarto, ia memilih menjadi entrepreneur setelah karyawan, dan berhasil.

Apa rahasianya? ia memulai sebuah trend yang kemudian mengemasnya secara modern. Apalagi, usahanya merupakan usaha makanan, atau kami sebut usahan paling mudah laku. Kenapa? karena setiap orang butuh makan dan setelah itu butuh fariasi. Anda tidak mungkin makan mie setiap hari, ketika melihat abon bikinan Johan.

Usia yang tidak muda membuat Johan memilih menjadi entrepreneur. Dia ingin melakukan sebuah bisnis yang bisa dijalankan kapan waktu. Jika anda adalah bossnya, waktupun akan menjadi miliki anda sepenuhnya, alasan lainnya; bisnis menghasilkan lebih besar. Johan memulai dengan modal Rp.4 juta untuk membuat abon ikan. Pada 2009, secara resmi, Rumah Abon berkerja untuk membuat abon ikan. Produk abon tersebut bisa dibilang cukup unik dan jarang di Bandung. Menurutnya masih sedikit pembuat abon semacam ini di Bandung, Jawa Barat.

"Saya suvei ke supermarket di Bandung jarang ditemukan abon ikan semacan ini. Kalau ada, paling hanya sedikit dan itupun diproduksi di luar Bandung, seperti Cirebon dan Subang, tetapi hanya sebatas abon nila saja, belum bentuk variasi," ujar dia saat berbincang di Liputan 6.com di Jakarta.

Menurutnya, abon ikan akan sulit dalam hal pembuatan terutama memilih ikan. Rumah Abon memulai dengan memilih ikan. Itu menyakut bagaimana membersihkan, mencuci hingga memisahkan daging dari duri. Untuk itu dibutuhkan pemasok yang tepat, dan Johan mengaku mengambil dari daerah sekitar Bandung untuk ikan air tawar, dan untuk ikan laut dari Indramayu, Pangandaran, dan Cirebon. Produk abonnya meliputi abon ikan air laut, seperti abon hiu, tuna, kakap, salem, dan kerapu. Sedangkan abon ikan air, meliputi abon ikan nila, gurame, gabus, lele dan belut.

Perlu dicatat, bisnis abon cenderung menurun permintaan dikala musim sekolah. Diwaktu itu, ibu- ibu akan sibuk mengurus kebutuhan sekolah, ketimbang memilih belanja makanan; seperti abon. Di lain waktu, seperti ramadhan, abon ikan milih Rumah Abon akan mendapat permintaan berlimpah. Ini menyangut kemudahan abon untuk disimpan hingga dimakan. Tak jarang, ibu- ibu hanya membeli abon di Rumah Abon milik Johan daripada lauk lain.

Johan mengaku resepnya otodidak, atau hanya berdasarkan trial dan error. Ia bahkan rela mengorbankan keluarganya untuk mencoba abonnya. Ini terbukti berhasil, Johan sudah mendapatkan resep yang tepat untuk abonnya. Dia mengerjakan resep untuk 3 bulan sebelum membuat samplenya.

Dalam sebulan, Rumah Abon menghasilkan 1 kuintal abon atau sekitar 1000 box pesanan. Satu box akan dijual untuk Rp.25.000. Kini omset rumah abon sendiri mencapai Rp.25 juta per- bulan. Johan memiliki 2 karyawan, dan beberapa anggota keluarga yang ikut masuk di bisnisnya. Untuk terus laris, Johan Yuniarto mengembangkan entrepreneurship nya dengan model baru. Dia memilih penjualan online, dan mebuat resep baru abon kremes. Apa itu? abon ikan yang merupakan gabungan ikan dan irian kentang halus yang digoreng kering.        

Sukses Lele Sangkuriang ala Fauzan

Entrepreneur bisa belajar dari alam bagaimana berusaha
Lahir di Pontianak, 26 tahun, Fauzan Hangriaman bisa jadi model entrepreneur. Dari remaja, Fauzan sudah terbiasa berbisnis hingga keranjingan untuk mencoba. Dia memulai dari SMP, ia sudah ikut membantu menjual beras dan kelapa milik orang tuanya. Di SMA, dia melakoni bisnis model lain, seperti makanan, sepatu, bahkan percetakan. Meski bisnis tersebut tidak bertahan lama, Fauzan tidak pernah kapok sebagai entrepreneur.

Pada 2009, Ia mencoba bisnis baru yang bahkan tidak terpikirkan sebelumnya. Pria lulusan fakultas Hukum Universitas Atmajaya, Jakarta, ini memilih berbisnis budidaya ikan lele. Bermodal hanya 1,5 juta dari kantong sendiri, dia membelanjakan semuanya untuk 1.000 bibit lele dumbo, pakan lele, dan terpal untuk kolamnya. Hasilnya? Fauzan harus menerima kenyataan bahwa 40% ikannya harus mati.

Setelah tiga bulan, Fauzan bergelut dengan uji coba dan belajar tentang ikan lele. Dia berhasil mendapatkan hasil pertamanya. Hanya 4Kg cukup meyakinkannya bahwa semuanya belum berakhir, tidaknya untuk saat itu. Ia optimis dengan kemampuan entrepreneurship nya. Ini seperti bagaimana seorang anak yang belajar sepeda, Fauzan telah menjadi ahlinya dan memilih ikan lele sangkuringa. Sebuah varietas yang sulit tetapi akan menghasilkan lebih banyak. 

Dari ikan lele sangkuriang, setiap hari, ia hampir dipastikan memanen setidaknya 3-4 kuintal sangkuriang. Ikan tersebut dijualnya untuk Rp.17.000 per- kilogram. Atau, setiap bulannya, Fauzan mengantongi Rp.700 juta sebagai keuntungan. Fauzan tidak pernah sendiri mengembangkan bisnisnya. Dia mempekerjakan delapan keryawan dan 30 petani binaan. Sylva Farm juga memproduksi bibit ikan. Setiap harinya, Sylva Farm menghasilkan 600.000 ekor bibit lele. Tiap bibit ikan, untuk 5-6 cm dijual Rp.160 per- bibit, dan 7-8 cm akan dijual Rp.200 per-bibit. Pelangganya tidak lagi pasar Indonesia, tapi juga dari Bangladesh hingga Malaysia.  

Nicholas Kurniawan: Bisnis dan Kerja Keras



Dari bisnis ikan hias hingga ikan terapi garra rufa

Nicholas Kurniawan termasuk orang yang keras kepala dalam berbisnis. Keras kepala selalu berusaha walau halangan itu pasti ada. Sebagai entrepreneur, karir Nicholas termasuk cukup unik karena memulai semuanya dari sebuah thread di Kaskus. Nicholas dari 2003, mulai iseng menjual ikannya melalui forum jual beli Kaskus. Sedikit seperti dongeng, dia yang kala itu masih duduk di bangku SMA, aktif menjual ikan hias di situs tersebut.

Pria kelahiran Jakarata, 29 Januari 1993,bukanlah seorang anak yang manja. Dia ingat betul bagaimana keluarganya sering bertengkar hingga terdengar kata cerai. Semua karena masalah ekonomi, dia juga pernah mendapat surat teguran karena menunggak uang sekolah. Nicholas masih memiliki kesadarannya, walau sering bertengkar; kedua orang tuanya menyayangi anak- anaknya. Inilah yang menjauhkannya dari pergaulan bebas.

Keadaan yang serba terbatas membimbing Nicholas memilih berusaha sendiri. Itung itung upaya meringankan kedua orang tuanya. Dari kelas 2 SD, ia menjual mainan untuk membeli mainan sebagai bisnis pertamanya. Dia kemudian menjual baju, donat, kue buatan mama di saat SMP. Ia juga pernah ikut MLM saat SMA, tetapi seperti yang sudah- sudah, dia sadar MLM bukan sumber yang baik dan gagal ditengah jalan.

Sampai mengenal Kaskus di Februari 2010!

Awalnya, Nicholas mengaku hanya iseng menjual ikan therapy dari mamanya. Dia hanya merasa kurang suka untuk ikan macam itu; dijualah ke Kaskus. Hal iseng tersebut berbuah respon yang sangat baik. Otak bisnisnya memilih untuk mencari supplier bukanya berhenti. Lewat Kaskus, dia mulai menjual ke berbagai fish therapy ke Mall, dari Blok M, Point Square, Pulit Junction. Tidak ketinggalan, Nicholas mengaku pernah menjual untuk sebuah hotel, Hotel Alexis, dan beberapa rumah anggota DPR partai Demokrat dan PAN.

Cerita tentang kegagalan usaha

Ya, Nicholas pernah mengalami kegagalan dalam berbisnis. Dia pernah 3x rugi besar. Dia pernah mengambil keputusan yang salah, membuat pelanggan kecewa namun tetap belajar lagi. Sebagai contoh, dia pernah mendapatkan order besar untuk ikan hias. Saat itu, ia mengalami kesulitan untuk mengirim ke Medan. Pembeli membatalkan ordernya, dan rugi besar. Dari sana ide untuk mencari pedagang ikan garra rufa (ikan therapy) di sekita Medan.

Ternyata mencari supplier tidak berjalan lancar, ia tetap harus mencari di Jakarta karena masalah dana yang kurang. Tetapi, ia mengaku mulai berhubungan akrab dengan para penjual ikan dari sana, hingga bisnis didapatkan selanjutnya. Nicholas belajar bahwa mungkin jika bukan kerena keadaan yang sulit tersebut; dia tidak akan berkenalan dengan penjual di Medan. Dia tidak akan mengenal bisnis tersebut lebih dalam seperti soal pengepakan.

Saat bisnis gurra rufanya mulai mengalami kemajuan. Dia memulai bisnis ikan lain seperti arwana, pari air tawar, ikan import- seperti seperti arapaima, acipenser, poliodon, hingga yang sangat booming, axolotl. Intinya, Nicholas Kurniawan bukan orang yang suka berdiam diri. Dia harus selalu melihat peluang yang ada dan juga fokus tentunya. Bisnis harus tentang melihat pasar atau peka terhadap permintaan pasar. Namun, dia menyarankan fokus pada satu produk yang menjadi keahlian kita.